Pengertian
Sosialisasi
Seperti yang disinggung di pendahuluan di atas, sosialisasi merupakan
proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat
sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan
proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya
berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.
Melalui proses belajar semacam ini, seseorang juga mempelajari
kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, perilaku, peran, dan semua aturan yang
berlaku di masyarakat. Proses mempelajari unsur-unsur budaya suatu masyarakat
inilah yang disebut dengan sosialisasi.
1. Soejono Dirdjosisworo
Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo (1985), sosialisasi mengandung tiga
pengertian penting, yaitu:
o Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses
akomodasi yang mana individu menahan, mengubah impulsimpuls dalam dirinya dan
mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
o Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap,
ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di
dalam masyarakat di mana ia hidup.
o Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu
disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya.
2. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah sebuah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
3. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat.
4. Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang
efektif dalam kehidupan sosial.
5. Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial.
6. Sukandar Wiraatmaja, M.A.
Sosialisasi adalah suatu proses yang dimulai sejak seseorang itu dilahirkan
untuk dapat mengetahui dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola
tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.
7. Drs. Suprapto
Sosialisasi adalah suatu proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai
dengan peranan yang dijalankan.
8. Hasan Shadily
Sosialisasi adalah proses di mana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan
diri terhadap adat istiadat suatu golongan. Di mana lambat laun ia akan merasa
sebagian di golongan itu.
9. Jack Levin dan James L. Spates
Sosialisasi adalah proses di mana kebudayaan diteruskan dan diinternalisasikan
oleh kepribadian individu.
10. John C. Macionis
Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup, di mana individu dapat
mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kebudayaan mereka.
11. Edwar A. Ross
Sosialisasi adalah pertumbuhan perasaan ”kita”. Di mana perasaan ini akan
menimbulkan tindakan segolongan.
12. Laurence
Sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum
berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai
aspek berikutnya.
13. Bruce J. Cohen
Sosialisasi dipahami sebagai proses pembelajaran seorang individu terhadap
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang
menjadi bagian dari masyarakat.
1.Macam-macam Sosialisasi
Proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat manusia. Secara garis besar
sosialisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sosialisasi primer dan
sosialisasi skunder.
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang pertama dan utama yang
terjadi pada seseorang, yakni sejak dilahirkan, berkenalan dan sekaligus
belajar bermasyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
masyarakat tersebut. Proses sosialisasi ini dimulai dari sosialisasi di
lingkungan keluarga.
2. Sosialisasi Skunder
Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal
untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi
dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Individu tersebut bergaul dengan
teman-teman sebaya atau orang-orang dewasa lain. Dari pergaulan tersebut
individu menyerap hal-hal baru yang ada di masyarakat. Sosialisasi tahap lanjut
yang memperkenalkan individu tersebut ke wilayah baru dari dunia masyarakat
disebut sosialisasi sekunder.
2. Tujuan
Sosialisasi
Tujuan
sosialisasi sebagai berikut.
1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk dapat hidup
bermasyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi secara efektif
dan efisien.
3. Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi-fungsi melalui latihan
introspeksi yang tepat.
4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai
tugas pokok dalam masyarakat.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
1.
Faktor intrinsik,
merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Seringkali
disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk nyata dari faktor
intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan,
IQ atau tingkat kecerdasan, dll.
2.
Faktor
ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu.
Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang
individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain.
Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain, kondisi lingkungan masyarakat
setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi lingkungan pendidikan, kondisi
lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai
sarananya adalah media massa baik media massa cetak maupun elektronik.
4. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui
tahap-tahap:
4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan
diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru
meski tidak sempurna.
4.2. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk
kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Dengan
kata lain kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain jika mulai
terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan
orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang
tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak,
orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
4.3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan
adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Anak mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan taman-temannya
yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada
norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized
stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, anak
dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang berinteraksi
dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa
menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang tidak
dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan perkembandan diri pada tahap ini
telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
5 .Media
Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
5.1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal
serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan
sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara
lain:
1.
Mengusahakan
agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan orangtuanya.
2.
Memberikan
pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa
tertekan.
3.
Mendorong anak
agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, yang
pantas dan tidak pantas.
4.
Memperlakukan
anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat berperan dengan baik.
5.
Menasehati
anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.
Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
5.1.1. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
·
Menghukum
perilaku yang keliru
·
Hukuman dan
imbalan materil
·
Kepatuhan
anak kepada orangtua
·
Komunikasi
sebagai perintah
·
Komunikasi
non verbal
5.1.2. Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
·
Pemberian
imbalan dan sanksi
·
Hukuman dan
imbalan simbolis
·
Otonomi anak
·
Komunikasi
sebagai interaksi
·
Komunikasi
verbal
5.2. Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian
anak, yaitu:
1. Remaja
merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan.
2. Remaja dapat
tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3. Remaja
mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir,
tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.
5.3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan
teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi
proses saling mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari
dirinya.
5.5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat,
6. Jenis-Jenis Sosialisasi
6.1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann adalah
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer berlangsung saat berusia 1-5
tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.
6.2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat.
7. Sosialisasi Sebagai
Pembentuk Kepribadian
Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika
individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit.
7.1. Faktor pembentuk kepribadian
Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
1. Warisan
biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini
tampak pada intelegensi dan kematangan fisik.
2. Lingkungan
alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam.
3. Lingkungan
sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan keluarga, sekolah, kerja,
dan masyarakat luas, juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
4. Lingkungan
budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang.
7.2. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian
Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku di
lingkungan sekitar. Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat
diperkenalkan kepada generasi selanjutnya melalui proses sosialisasi. Melalui
proses sosialisasi ini, masyarakat dapat mewariskan nilai dan norma sosial
budaya pada generasi selanjutnya.
Pengertian Penyimpangan Sosial
Kali
ini kita akan membahas tentang pengertian perilaku menyimpang, ciri-ciri
perilaku menyimpang, bentuk-bentuk peyimpangan sosial dan jenis-jenis
penyimpangan sosial.
PENGERTIAN
PERILAKU MENYIMPANG
Ada
beberapa definisi penyimpangan sosial,yang diajukan para sosiolog :
a.
James Vander Zander
Perilaku
menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar
batas batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
b.
Robert M. Z. Lawang
Perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang
dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
c.
Bruce J. Cohen
Perilaku
menyimpang adalah setiap perilaku yang berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d.
Paul B. Horton
Penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
Dari
definisi-definisi di atas, pengertian
perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku-perilaku seperti ini
terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku
dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.
CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG
Menurut
Paul B. Horton penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Perilaku
dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria
tertentu dan diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa
diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan
merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Semua
orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu
yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya
hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan
yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah
melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan
lingkungannya.
d.
Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya
ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap
segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal
selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan
umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Norma
penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi
keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara
terbuka.Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku
yang bersifat setengah melembaga.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan
sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap
sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.
FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA PENYIMPANGAN SOSIAL
Menurut
Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation“ sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Faktor
subjektif,
adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang
dibawa sejak lahir).
· Faktor objektif, adalah faktor
yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk
lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu (faktor objektif):
a.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang
tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya
tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui
hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
b. Proses belajar yang menyimpang
Seseorang
yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku
menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya,
seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan
rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang
tindakan kriminal. Demikian halnya karir penjahat kelas kakap yang diawali dari
kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan
bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi
putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara
bermilyar-milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di
kantor/mengelola uang negara, lama-kelamaan makin berani dan menggunakan
berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena
tertutup oleh penampilan sesaat.
c. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
Terjadinya
ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku
yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan
seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu
sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa
terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani
memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan
secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan
data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar.
Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data,
sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus
listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan
bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
d. Ikatan sosial yang berlainan
Setiap
orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu
mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
e. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang
Seringnya
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku
menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai
proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses
sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak
menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh
dilakukan.
BENTUK-BENTUK
PENYIMPANGAN SOSIAL
Bentuk-bentuk
penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
a.
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1.) Penyimpangan
bersifat positif
Penyimpangan
bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem
sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan
seseorang.
Penyimpangan
seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman.
Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita
karir.
2.) Penyimpangan
bersifat negatif
Penyimpangan
bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap
rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Bobot
penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran
terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari
pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang
bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
a.) Penyimpangan primer (primary deviation)
Penyimpangan
primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat
temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer
masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku
menyimpang tersebut. Misalnya: siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali
melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
b.) Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup
parah serta mengganggu orang lain. Misalnya: orang yang terbiasa minum-minuman
keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan
tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan
masyarakat dan mereka biasanya dicap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
“penodong” dan “pemerkosa”. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia
ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
b.
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut:
1.)
Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan
individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang
darinorma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya: seseorang
bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri,
menodong dan memeras.
Penyimpangan
individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai
berikut:
a.) Pembandel yaitu
penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.) Pembangkang
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c.) Pelanggar yaitu
penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam
masyarakat.
d.)
Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan
norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
e.) Munafik yaitu penyimpangan
yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati
kepercayaan dan berlagak membela.
2.) Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan
kelompok adalah tindakan sekelompok orang yang beraksi secara kolektif dengan
cara yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya: mafia
obat-obatan terlarang dan narkotika, geng, dan komplotan penjahat.
Dalam
penyimpangan kelompok biasanya kejahatan yang mereka lakukan sulit dibongkar
dan dilacak pihak kepolisian.
JENIS-JENIS
PENYIMPANGAN SOSIAL
Batasan
perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Jenis penyimpangan
sosial (perilaku menyimpang), antara lain sebagai berikut:
a.
Penyimpangan seksual
Penyimpangan
seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan
seksual dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1.)
Perzinaan
Perzinaan
adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pria dengan wanita di luar
pernikahan, baik mereka yang sudah pernah melakukan pernikahan yang sah atau
belum.
2.) Suka terhadap
sesama jenis (homoseksualitas)
Suka
terhadap sesama jenis dalam penyimpangan seksual dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
a.)
Lesbian adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita.
b.)
Homoseks adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.
Seseorang
menjadi homoseksual pada umumnya karena pengaruh lingkungan sosial dan ada yang
karena faktor bawaan sejak lahir. Tindakan ini bertentangan dengan norma-norma
sosial dan agama sehingga dianggap sebagai perilaku menyimpang.
3.) Hubungan seksual
di luar nikah (kumpul kebo)
Hubungan
seksual di luar nikah (kumpul kebo) adalah hubungan suami istri tanpa ikatan
perkawinan. Hal itu merupakan perilaku seks bebas yang mengundang terjangkitnya
penyakit kelamin yang membahayakan seperti virus HIV penyebab penyakit AIDS.
4.)
Pemerkosaan
Pemerkosaan
adalah tindakan pemaksaan dengan kekerasan pada orang lain untuk melakukan
hubungan seksual.
Penyimpangan
seksual selain bertentangan dengan norma, juga berbahaya bagi pelakunya maupun
bagi masyarakat. Bahaya dari penyimpangan seksual antara lain sebagai berikut:
1.)
Pencemaran dan pencampuradukan keturunan. Masyarakat Indonesia masih menjunjung
adat keturunan yang mengagungkan kesucian, kehormatan, dan kemurnian keturunan.
2.)
Penularan penyakit kelamin yang membahayakan pasangan suami istri dan dapat
mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya. Penyakit HIV AIDS yang sangat
menakutkan juga disebabkan oleh zina.
3.) Ketidakteraturan
rumah tangga sebagai akibat perceraian karena suami atau istri berbuat zina,
sehingga menghancurkan keluarga.
4.)
Terlantarnya anak-anak yang tidak berdosa sebagai akibat ulah orang-orang yang
tidak bertanggung jawab (para pelaku zina), sehingga anak yang dilahirkan
mendapat julukan anak haram.
b. Penyalahgunaan narkotika
Penggunaan narkotika di bidang kedokteran, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat bagi manusia. Sebaliknya jika narkotika digunakan tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat maka akan mengakibatkan perilaku menyimpang.
Jenis-jenis
narkotika antara lain ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin, dan heroin. Ada
beberapa alasan orang menggunakan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Ingin
menghilangkan atau mengurangi rasa takut.
2.) Ingin
menghilangkan rasa malu atau minder.
3.) Ingin melupakan
kesulitan atau permasalahan hidup meskipun hanya sebentar.
4.) Ada yang hanya
sekedar ingin coba-coba supaya tidak ingin ketinggalan zaman.
Penggunaan
narkotika pada tingkatan dan waktu tertentu akan mengakibatkan ketergantungan
pada narkotika. Bahkan bisa menjadikan seseorang berbuat menyimpang seperti
pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan.
Contoh
penyalahgunaan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Zat yang semestinya
diberikan kepada orang sakit untuk mengurangi rasa sakit malah dipakai orang
sehat.
2.) Obat penenang
semestinya untuk pasien jiwa agar tidak mengamuk justru dipakai orang sehat.
c. Perkelahian pelajar
Perkelahian
pelajar atau tawuran selalu diawali dengan adanya suatu konflik antara dua
pelajar atau lebih yang berlainan sekolah. Perkelahian pelajar atau tawuran
menjadi suatu masalah yang serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan
norma-norma yang ada, membabi buta, melibatkan korban yang tak bersalah dan
merusak apa saja yang ada di sekitarnya. Akibatnya, tawuran mendatangkan bentuk
penyimpangan lain seperti perusakan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan.
d. Alkoholisme
Minuman
alkohol mempunyai efek negatif terhadap saraf. Alkohol dapat mengakibatkan
mabuk dan tidak dapat berpikir secara normal. Akibatnya seorang pemabuk mudah
melakukan tindakan yang tidak terkendali baik secara fisik, sosial, maupun
psikologis sehingga merugikan dirinya maupun orang lain. penyimpangan lain
seperti perusakan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan.
e. Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan
Tindakan kejahatan adalah suatu bentuk pelanggaran norma hukum, khususnya yang menyangkut pidana dan perdata yang pada dasarnya merupakan tindakan yang merugikan orang lain.
Tindakan
kriminal antara lain adalah pencurian, pemerkosaan, dan perampokan. Tindak
kejahatan mencakup pula semua kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan
kestabilan negara seperti korupsi, makar, subversi dan terorisme.
f. Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya
Penyimpangan
dalam gaya hidup yang lain dan biasanya, misalnya berikut ini:
1.) Sikap arogansi
adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan,
kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa saja dilakukan oleh seseorang
yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya.
2.) Sikap eksentrik
adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti
anak laki-laki memakai anting-anting, perempuan memakai anting di lidahnya,
gaya rambut modern (berdiri ke atas) dan seniman berambut gondrong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar