widgets

Jumat, 14 November 2014

Sosiologi Tentang Sosialisasi, Pembentukan Karakteistik, dan Penyimpangan Sosial

Pengertian Sosialisasi




Seperti yang disinggung di pendahuluan di atas, sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.

Melalui proses belajar semacam ini, seseorang juga mempelajari kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, perilaku, peran, dan semua aturan yang berlaku di masyarakat. Proses mempelajari unsur-unsur budaya suatu masyarakat inilah yang disebut dengan sosialisasi.



1.    Soejono Dirdjosisworo
Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo (1985), sosialisasi mengandung tiga pengertian penting, yaitu:
o   Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi yang mana individu menahan, mengubah impulsimpuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
o  Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.
o  Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya.


2.    Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah sebuah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.


3.    Peter L. Berger
Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.


4.    Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.




5.    Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial.


6.    Sukandar Wiraatmaja, M.A.
Sosialisasi adalah suatu proses yang dimulai sejak seseorang itu dilahirkan untuk dapat mengetahui dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.


7.    Drs. Suprapto
Sosialisasi adalah suatu proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang dijalankan.


8.    Hasan Shadily
Sosialisasi adalah proses di mana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri terhadap adat istiadat suatu golongan. Di mana lambat laun ia akan merasa sebagian di golongan itu.


9.    Jack Levin dan James L. Spates
Sosialisasi adalah proses di mana kebudayaan diteruskan dan diinternalisasikan oleh kepribadian individu.


10.  John C. Macionis
Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup, di mana individu dapat mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kebudayaan mereka.


11.  Edwar A. Ross
Sosialisasi adalah pertumbuhan perasaan ”kita”. Di mana perasaan ini akan menimbulkan tindakan segolongan.


12.  Laurence
Sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek berikutnya.


13.  Bruce J. Cohen
Sosialisasi dipahami sebagai proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi bagian dari masyarakat.


1.Macam-macam Sosialisasi

Proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat manusia. Secara garis besar sosialisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi skunder.


1.    Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang pertama dan utama yang terjadi pada seseorang, yakni sejak dilahirkan, berkenalan dan sekaligus belajar bermasyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat tersebut. Proses sosialisasi ini dimulai dari sosialisasi di lingkungan keluarga.


2.    Sosialisasi Skunder
Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Individu tersebut bergaul dengan teman-teman sebaya atau orang-orang dewasa lain. Dari pergaulan tersebut individu menyerap hal-hal baru yang ada di masyarakat. Sosialisasi tahap lanjut yang memperkenalkan individu tersebut ke wilayah baru dari dunia masyarakat disebut sosialisasi sekunder.

2. Tujuan Sosialisasi

Tujuan sosialisasi sebagai berikut.
1.    Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat.
2.    Mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien.
3.    Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi-fungsi melalui latihan introspeksi yang tepat.
4.    Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
1.                  Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Seringkali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis. Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau tingkat kecerdasan, dll.
2.                  Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya, tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain, kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan, kondisi lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai sarananya adalah media massa baik media massa cetak maupun elektronik.

4. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:
4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
4.2. Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
4.3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap. Manusia dengan perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

5   .Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian


5.1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya antara lain:
1.                  Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan orangtuanya.
2.                  Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan.
3.                  Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
4.                  Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat berperan dengan baik.
5.                  Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.

Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
5.1.1. Sosialisasi represif
Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
·                     Menghukum perilaku yang keliru
·                     Hukuman dan imbalan materil
·                     Kepatuhan anak kepada orangtua
·                     Komunikasi sebagai perintah
·                     Komunikasi non verbal
5.1.2. Sosialisasi partisipasif
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:
·                     Pemberian imbalan dan sanksi
·                     Hukuman dan imbalan simbolis
·                     Otonomi anak
·                     Komunikasi sebagai interaksi
·                     Komunikasi verbal
5.2. Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu:
1.       Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok persahabatan.
2.       Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3.  Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.
5.3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.
5.5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,

6. Jenis-Jenis Sosialisasi
6.1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.
6.2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.
7. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian
Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit.
7.1. Faktor pembentuk kepribadian
Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.  Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini tampak pada intelegensi dan kematangan fisik.
2. Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
3.   Lingkungan sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
4. Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.
7.2. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian
Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi selanjutnya melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat dapat mewariskan nilai dan norma sosial budaya pada generasi selanjutnya.


Pengertian Penyimpangan Sosial

Kali ini kita akan membahas tentang pengertian perilaku menyimpang, ciri-ciri perilaku menyimpang, bentuk-bentuk peyimpangan sosial dan jenis-jenis penyimpangan sosial.
PENGERTIAN PERILAKU MENYIMPANG
Ada beberapa definisi penyimpangan sosial,yang diajukan para sosiolog :
a. James Vander Zander
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
b. Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
c. Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Dari definisi-definisi di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku-perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.

CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, adakalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.

c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Semua orang pernah melakukan penyimpangan sosial, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.

d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.

e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka.Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga.

f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENYIMPANGAN SOSIAL
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation“ sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Faktor subjektif, adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
·        Faktor objektif, adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif):


a. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

b. Proses belajar yang menyimpang
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan uang negara bermilyar-milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama-kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.

c. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.

d. Ikatan sosial yang berlainan
Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.

e. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang
Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.

BENTUK-BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL
Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
a. Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1.) Penyimpangan bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir.
2.) Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk.
Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

a.) Penyimpangan primer (primary deviation)
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya: siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.

b.) Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta mengganggu orang lain. Misalnya: orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya dicap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, “penodong” dan “pemerkosa”. Julukan itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
b. Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

1.) Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang darinorma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya: seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
a.) Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b.) Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c.) Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
d.) Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
e.) Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan dan berlagak membela.

2.) Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok adalah tindakan sekelompok orang yang beraksi secara kolektif dengan cara yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya: mafia obat-obatan terlarang dan narkotika, geng, dan komplotan penjahat.
Dalam penyimpangan kelompok biasanya kejahatan yang mereka lakukan sulit dibongkar dan dilacak pihak kepolisian.

JENIS-JENIS PENYIMPANGAN SOSIAL
Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Jenis penyimpangan sosial (perilaku menyimpang), antara lain sebagai berikut:
a. Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyimpangan seksual dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:
1.) Perzinaan
Perzinaan adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pria dengan wanita di luar pernikahan, baik mereka yang sudah pernah melakukan pernikahan yang sah atau belum.
2.) Suka terhadap sesama jenis (homoseksualitas)
Suka terhadap sesama jenis dalam penyimpangan seksual dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a.)        Lesbian adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita.
b.)        Homoseks adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.
Seseorang menjadi homoseksual pada umumnya karena pengaruh lingkungan sosial dan ada yang karena faktor bawaan sejak lahir. Tindakan ini bertentangan dengan norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai perilaku menyimpang.
3.) Hubungan seksual di luar nikah (kumpul kebo)
Hubungan seksual di luar nikah (kumpul kebo) adalah hubungan suami istri tanpa ikatan perkawinan. Hal itu merupakan perilaku seks bebas yang mengundang terjangkitnya penyakit kelamin yang membahayakan seperti virus HIV penyebab penyakit AIDS.

4.) Pemerkosaan
Pemerkosaan adalah tindakan pemaksaan dengan kekerasan pada orang lain untuk melakukan hubungan seksual.
Penyimpangan seksual selain bertentangan dengan norma, juga berbahaya bagi pelakunya maupun bagi masyarakat. Bahaya dari penyimpangan seksual antara lain sebagai berikut:
1.) Pencemaran dan pencampuradukan keturunan. Masyarakat Indonesia masih menjunjung adat keturunan yang mengagungkan kesucian, kehormatan, dan kemurnian keturunan.
2.) Penularan penyakit kelamin yang membahayakan pasangan suami istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya. Penyakit HIV AIDS yang sangat menakutkan juga disebabkan oleh zina.
3.) Ketidakteraturan rumah tangga sebagai akibat perceraian karena suami atau istri berbuat zina, sehingga menghancurkan keluarga.
4.) Terlantarnya anak-anak yang tidak berdosa sebagai akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab (para pelaku zina), sehingga anak yang dilahirkan mendapat julukan anak haram.

b. Penyalahgunaan narkotika

Penggunaan narkotika di bidang kedokteran, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan manfaat bagi manusia. Sebaliknya jika narkotika digunakan tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat maka akan mengakibatkan perilaku menyimpang.
Jenis-jenis narkotika antara lain ganja, candu, putaw, sabu-sabu, morfin, dan heroin. Ada beberapa alasan orang menggunakan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Ingin menghilangkan atau mengurangi rasa takut.
2.) Ingin menghilangkan rasa malu atau minder.
3.) Ingin melupakan kesulitan atau permasalahan hidup meskipun hanya sebentar.
4.) Ada yang hanya sekedar ingin coba-coba supaya tidak ingin ketinggalan zaman.
Penggunaan narkotika pada tingkatan dan waktu tertentu akan mengakibatkan ketergantungan pada narkotika. Bahkan bisa menjadikan seseorang berbuat menyimpang seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan perampokan.
Contoh penyalahgunaan narkotika antara lain sebagai berikut:
1.) Zat yang semestinya diberikan kepada orang sakit untuk mengurangi rasa sakit malah dipakai orang sehat.
2.) Obat penenang semestinya untuk pasien jiwa agar tidak mengamuk justru dipakai orang sehat.

c.  Perkelahian pelajar
Perkelahian pelajar atau tawuran selalu diawali dengan adanya suatu konflik antara dua pelajar atau lebih yang berlainan sekolah. Perkelahian pelajar atau tawuran menjadi suatu masalah yang serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada, membabi buta, melibatkan korban yang tak bersalah dan merusak apa saja yang ada di sekitarnya. Akibatnya, tawuran mendatangkan bentuk penyimpangan lain seperti perusakan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan.

d. Alkoholisme
Minuman alkohol mempunyai efek negatif terhadap saraf. Alkohol dapat mengakibatkan mabuk dan tidak dapat berpikir secara normal. Akibatnya seorang pemabuk mudah melakukan tindakan yang tidak terkendali baik secara fisik, sosial, maupun psikologis sehingga merugikan dirinya maupun orang lain. penyimpangan lain seperti perusakan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan.

e. Tindakan kriminal atau tindakan kejahatan

Tindakan kejahatan adalah suatu bentuk pelanggaran norma hukum, khususnya yang menyangkut pidana dan perdata yang pada dasarnya merupakan tindakan yang merugikan orang lain.
Tindakan kriminal antara lain adalah pencurian, pemerkosaan, dan perampokan. Tindak kejahatan mencakup pula semua kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan kestabilan negara seperti korupsi, makar, subversi dan terorisme.

f. Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya
Penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dan biasanya, misalnya berikut ini:
1.) Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa saja dilakukan oleh seseorang yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya.
2.) Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti anak laki-laki memakai anting-anting, perempuan memakai anting di lidahnya, gaya rambut modern (berdiri ke atas) dan seniman berambut gondrong.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar